YOU N I (A)
Ayah
& Aku
1. Ayah
Ayah lahir di Yogyakarta
Hidup menumpang di rumah keluarga
Karena semenjak kecil sudah ditinggal
mati kedua orangtua
Lahir di tahun tiga puluhan
semasa penjajahan Belanda,
membuatnya dapat menyaksikan
dengan mata
Ketika pribumi menjadi pembantu,
sementara Belanda berkuasa
Begitu juga ketika Jepang datang
ke Indonesia
membuatnya tahu bagaimana
sakitnya rakyat disiksa
Dengan mengambil upah memetik
buah kelapa
Dan pekerjaan serabutan lainnya
Ia sisihkan uang yang tak
seberapa
Untuk kebutuhan hidup dan
pendidikannya
Hingga akhirnya ayah menjadi
sarjana muda
Dengan gelar BA di ujung namanya
Tentu saja perlu perjuangan untuk
mencapainya
Menuju sekolah, ayah harus
berangkat di pagi buta
Ia kayuh sepeda berkilo-kilo
meter jaraknya
Panas dirasa, hujan pun berteduh
sementara
Ayah berkata,” Pendidikan itu
sangat penting untuk manusia.”
Ayah pun ditugaskan menjadi guru
ke luar pulau Jawa
Ke Kalimantan Tengah yang
ibukotanya Palangkaraya
Mengajarkan Bahasa, Sastra, Sejarah,
Seni dan Budaya
Dahulu masih bisa berbahasa
Perancis, Jerman dan Belanda
Namun sekarang, ayah bilang sudah
lupa
Ayah juga seorang Kakak Pembina
Pramuka
Diikutsertakannya siswa-siswa
Jambore hingga ke Jakarta
Berbagai prestasi diraih
siswa-siswa
Tak kalah bersaing dengan
siswa-siswa di kota
Walaupun tinggal di desa yang
dulu susah dikenali kalau di peta
Ayah menikah dengan ibu yang
merupakan anak ke enam dari sembilan bersaudara
Yang kala itu ternyata ibu adalah
muridnya di PGA
Sekolah yang setaraf sekolah
menengah pertama
Pucuk dicinta ulam pun tiba
Bagaimanapun juga, akhirnya ibu
menerima
Hingga kini di usia mereka yang
sudah senja
Ibu tetap menemani ayah dengan
setia
Dengan semangat pendidikan yang
diperolehnya
Berbagai macam organisasi ia
kelola
Mulai dari masjid, koperasi,
hingga sekolah untuk memajukan desa
Sebaik-baik manusia adalah
manusia yang bermanfaat untuk yang lainnya, begitu katanya
Hingga di usianya yang senja
Masih saja orang-orang
berdatangan ke rumah untuk meminta
Meminta saran dan pemikiran saat nanti
menghadiri rapat di balai desa
Atau meminta saran penyelesaian
sebuah lahan yang sedang sengketa
Ya, setelah pensiun sebagai
anggota sipil negara
Memelihara ayam, itik, dan
berkebunlah menjadi kegiatannya
Menanam sayur katuk, kacang
panjang, terong, buah pisang, sirsak hingga buah pepaya
Hasilnya untuk dimakan sendiri,
jika lebih barulah dititipkan untuk dijual di warung tetangga
Begitu juga dengan ayam, itik
peliharaannya
Walau sering kali tak pulang ke
kandang, entah hilang pergi ke mana
Hahaha... Ada-ada saja
Di usia yang sudah tua, berbagai
macam penyakit mendera
Mulai asam urat, kolesterol,
pegal linu hingga terasa sakit di pinggangnya
Kalau berdiam diri di rumah sakit
malah terasa, jadi lebih baik bekerja
Begitu katanya, setiap kali
orang-orang bertanya
Ayah, maafkan atas segala ucapan
dan perilaku ananda
Yang sering kali membuat jengkel
dan harus mengurut dada
Tak bersegera menuruti apa yang
engkau pinta
Terima kasih atas segala jasa
Kau sekolahkan aku
setinggi-tingginya
Kiriman uang sewaktu sekolah yang
selalu ada setiap bulannya
Saran, nasihat, dan keteladanan yang
kau bina
Akan ananda ingat, tanamkan, dan
laksanakannya
Terima kasih atas segala doa-doa
Dalam setiap kegiatan, ujian dan
kesulitan yang ananda terima
Tak putus-putusnya doa kau
panjatkan kepada Sang Pencipta
Besar harapan kau agar
anak-anakmu berguna
Bagi nusa, bangsa, dan terutama
agama
Karena itu yang merupakan bekal
menuju surga
Terima kasih, ayahku tercinta
Semoga kita sekeluarga dapat
sehidup sesurga
(Tumbang Samba, Mei 2017)
2. Malam Cerita
Jika senja telah tiba
Lampu minyak akan dinyalakan
segera
Digantung di tembok-tembok atau
diletakkan di atas meja
Sebab, dulu aliran listrik
terbatas adanya sampai ke desa
Maka menghitamlah hidung keesokan
harinya
Walaupun begitu, masa kecil kami
tetaplah bahagia
Selepas sholat maghrib bersama
Kami mengaji Al Qur’an satu maqra banyaknya
Kemudian mengalirlah sebuah
cerita,
dari Ayahku yang pandai sekali
bercerita
Kisah-kisah dari tanah Jawa
menjadi andalannya
Adalah Ande-Ande Lumut yang
tampan wajahnya
Seorang pangeran yang hendak
mencari pendamping hidupnya
Banyak gadis-gadis desa yang
turut serta
Berharap agar bisa menjadi
istrinya
Begitu juga dengan Kleting Merah,
Kleting Hijau, dan saudaranya
Kleting Kuning, si bungsu yang
selalu saja disiksa
Namun, mereka harus menyeberangi
sungai dalam perjalanannya
Pada saat itu, muncullah kepiting
raksasa
Penjaga Sungai, Yuyu Kangkang
namanya
Ia kemudian menawarkan jasa untuk
menyeberangkan mereka
Dengan ciuman sebagai imbalannya
Seluruh gadis desa bersedia saja
Mereka berpikir pangeran tidak
akan mengetahuinya
Hanya Kleting Kuning yang tak
bersedia
Ketika Yuyu Kangkang hendak
memakannya
Ia lawan dengan senjata
Pada akhirnya, Ande-Ande Lumut
memilihnya
Karena hanya Kleting Kuning yang
tak dicium kepiting raksasa
Demikianlah kisah Ande-Ande Lumut
si Pangeran Kusumayuda
Dan Kleting Kuning si Dewi Candra
Kirana
Mereka pun hidup bahagia
(Tumbang Samba, Mei 2017)
<li><a href='#'>Self Reflection</a></li></li>
0 Comments:
Posting Komentar
Create ur Comment