Sajak Dalam Seperempat Abad: Saudara





Saudara & Aku

Masa Kecil yang Bahagia

Adalah kami berenam saudara
Empat perempuan dan laki-laki berdua
Sejak kecil terpisah-pisah hidupnya
Menuntut ilmu di desa tetangga, ke kota bahkan lintas negara
Beginilah ceritanya

Sebagai kakak pertama, perempuan yang sudah dewasa
Seringkali ia sisihkan uang yang ia terima dari beasiswa
Untuk membelikan adik-adik kecil perempuannya bertiga
Baju yang sama agar dipakai saat Hari Raya
Ia juga memotong rambut kami yang sudah tidak karuan modelnya
Mengingatkan kami untuk memperhatikan kebersihan telinga
Maklumlah saat masih kecil suka main di tanah, terkena debu dan belum mengenal gaya
Walaupun kini ia sudah berkeluarga
Ia senantiasa mengingatkan kami agar tidak jauh dari agama
Terus berusaha dan juga berdoa
Berbuat kebaikan apa yang bisa, dan memberi manfaat kepada sesama
Tidak hanya memikirkan diri sendiri saja

Saudara kedua, seorang abang yang baik hatinya
Waktu kami kecil, diceritakannya hal-hal yang membuat tertawa
Ia juga mengajari kami menjahit dan cara mengupas buah kelapa
Ia sekolah di desa tetangga
Hingga ia bekerja ke Negeri Sakura
Dikiriminya kami kotak pensil bergambar girl band negeri sana dan juga boneka-boneka
Atau foto-fotonya saat berada di Gunung Fujiyama
Duh, kapan ya aku bisa ke sana?

Saudara ketiga, seorang abang yang gagah perawakannya
Diajarinya kami berenang walaupun tidak bisa-bisa
Ia juga pandai mengolah mainan apa saja
Dari sebatang kayu jadilah senjata atau gasing yang bagus rupa
Ia juga bekerja ke Negeri Sakura
Walaupun beberapa tahun di sana, tak jua putih kulitnya
Hahaha...

Saudara ke empat, seorang kakak perempuan yang cantik parasnya
Temanku berjualan kue keliling-keliling desa
Juga teman kelayapan bermain hingga mencari jamur di bawah rumah tetangga
Suatu ketika aku pulang ke rumah dengan bercucuran air mata
Saat di tempat sekolah mengaji aku dijahilinya
Walaupun begitu, ia tetap baik hatinya
Saat ia bekerja di Jepang, dikiriminya aku bunga Sakura
Walau hanya sekadar foto saja
Hahaha...

Terakhir, si bungsu yang merdu suaranya
Tak jarang aku berkelahi dengannya
Waktunya istirahat, eh... ia malah bernyanyi saja
Sebab saat itu ia bercita-cita ingin menjadi penyanyi dan penari ternama
Lama kelamaan niat itu diurungkannya
Ia tahu bagaimana muslimah semestinya
Ia bilang, ingin jadi hafidzah saja
Semoga tercapai keinginannya

Inilah kami berenam saudara
Terima kasih sudah membantu dan saling menjaga
Semoga kami dapat rukun senantiasa
Terus memberikan manfaat kepada sesama
Dan bisa memenuhi keinginan orangtua
Agar berguna bagi nusa, bangsa, dan agama


(Tumbang Samba, Mei 2017)

0 Comments:

Posting Komentar

Create ur Comment