Puisi: Ada Anak Merindukan Ibunya


Ada Anak Merindukan Ibunya

Ada anak merindukan ibunya
Telah besar di tanah orang
Dan jarang pulang
Sesekali saja datang
Duh... malang

Ada anak merindukan ibunya
Jauh di perantauan
Sunyi kesepian
Tak ada hiburan
Duh... kasihan


Ada anak merindukan ibunya
Sedang memasak mie goreng
Dan sarden kaleng
Biar ke kampus perut tidak berbunyi lonceng
Duh... bisa oleng

Ada anak merindukan ibunya
Sedang jatuh sakit
Perut terasa dililit
Karena harus irit
Duh... pelit

Ada anak merindukan ibunya
Tidur hingga larut malam
Kantung mata pun menghitam
Tugas pun belum jua khatam
Duh... seram

Ada anak merindukan ibunya
Pekerjaan tak pernah benar
Telah lupa belajar
IPK pun terkapar
Duh... gusar

Ada anak merindukan ibunya
Sedang menangis
Di saat gerimis
Karena cinta yang tak berujung manis
Duh... tragis

Ada anak merindukan ibunya
Teramat lelah
Hingga hampir menyerah
Tapi segera cepat diberi nasihah
Duh... optimis sajalah

Ada anak merindukan ibunya
Di tempat sepi
Menuliskan mimpi
Yang tak pernah bertepi
Duh... berapi-api

Ada anak merindukan ibunya
Sudah cantik dengan toga
Dengan hijab yang terjaga
Akhirnya wisuda juga
Duh... lega

Ada anak merindukan ibunya
Beranjak dewasa
Dan berusaha menggapai asa
Hingga pada suatu masa
Duh... tak terasa

Ada anak merindukan ibunya
Ketika suatu saat mengenakan gaun pengantin
Dengan make-up setipis mungkin
Dan telah memakai cincin
Duh... ingin

Ada anak merindukan ibunya
Telah besar di tanah orang
Dan jarang pulang
Sesekali saja datang
Dan nanti...
Aku telah diambil orang
Duh... ibuku tersayang

Ada anak merindukan ibunya
Sampai kapanpun ia akan merindukan ibunya...

Palangka Raya, 20 Desember 2011
Diantara kerlipan cursor di tepian 2011

Selamat Hari Ibu
Mom Day’s

Bintuki...
Yunia Praptawati

Puisi: Ia yang Merah Jambu



Ia yang merah jambu
Menyapa hati tanpa ragu
Hingga bibir kelu
Walau hanya untuk menyapamu
Ia yang merah jambu
Membuat tersipu malu
Saat bertemu denganmu
Dalam hadirmu

Ia yang merah jambu
Akan menghabiskan waktu
Hanya untuk memikirkanmu
Wajahmu, senyummu dan semua yang ada pada dirimu
Ia yang merah jambu
Telah bersemayam di kalbu
Dalam rentang waktu yang tak menentu
Dalam angan- angan semu
Dalam penantian yang menderu-debu
 

Hingga akhirnya

Ia yang merah jambu
Menjelma menjadi kelabu
Tak lagi seindah dulu
Cinta pun bisu
Dan kasih yang palsu
Gundah gulana telah menyatu
Aku sadar bahwa aku telah keliru
Hingga akhirnya kutemukan yang satu
Yang cinta dan kasihnya melebihimu
Dia-lah yang satu
Sang Pemilik jiwaku dan jiwamu
Allahu Khaaliquna, Allahu Raaziquna, wa Hua Rabbuna…

Palangka Raya, 12 Mei 2011



Aku akan menantimu di batas waktu
Hingga tiba ketetapan yang berlaku